Sabtu, 26 Mei 2012

Heacting


A.      Pengertian
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan akan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis.

            Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur :
·         Mudah dipelajari ( hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua simpul )
·         Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
·         Menggunakan lebih sedikit jahitan

B.      Tingkat robekan

  • Tingkat            I           : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina tanpa mengenai kulit
  • Tingkat            II          : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot spinter ani
  • Tingkat            III         : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot spinter ani
  • Tingkat            IV         : Robekan mengenai perineum sampai pada spinter ani dan mukosa rectum
Perlu diketahui bahwa kerusakan pada dasar panggul ini, jika tidak dijahit dengan baik menyebabkan dukungan untuk alat-alat kandungan dalam tidak sempurna, sehinggga uterus turun dan disebut “prolapsus uteri atau descensus uteri”.

C.      PENJAHITAN (HEACTING)
a.      Alat dan bahan
·      Bak steril berisi handscoen, dispo, jarum, benag lidokoin 1%, pinset anatomi, nald fouder, gunting, chromic catgut (benag daging), tampon bila diperlukan
·         Bengkok
·         Haas secukupnya
·         Alas bokong
·         Celemek
·         Lampu sorot dan kursi
·         Kateter logam
·         Betadine
·         Softex (pembalut)

b.      Persiapan
1.      Bantu ibu untuk mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada ditepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
2.      Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong.
3.      Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas.
4.      Gunakan teknik aseptik pada memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan anastesi lokal dan menjahit luka.
5.      Cuci tangan menggunakan sabundan air bersih yang mengalir.
6.      Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
7.      Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan desinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan.
8.      Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
9.      Gunakan kain/kasa desinfeksi tinggi atau bersih untuk membersihkan vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
10.  Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter, jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga/empat dan harus dirujuka segera, ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks.
11.  Ganti sarung tangan dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru atau setelah melakukan pemeriksaan rektum.
12.  Berikan anestesi lokal (kajilah teknik untuk memberikan anastesi lokal dibawah ini)
13.  Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
14.  Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut.

c.       Memberkan anastesi lokal

Berikan anastesi lokal pada setiap  ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dengan menggunakan anastesi lokal merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episiotomi dengan anastesi lokal, lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa anastesi masih bekerja, sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forcep atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anastesi lokal.

Gunakan jarum suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4cm. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan, tapi jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat memerlukan anastesi. Obat standar untuk anastesi lokal adalah 1% lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1 (sebagai contoh, larutkan 5ml lidokain 2% dengan 5ml air steril atau normal salin untuk membuat larutan lidokain 1%).

1.      Jelaskan pada ibu yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
2.      Hisap 10ml larutan lidokain 1% kedalam alat suntik sekali pakai ukuran 10ml.
3.      Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4cm ke tabung suntik tersebut.
4.      Tusuk jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum)
5.      Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada  dipembuluh darah. Jika darah masuk kejarum suntik, jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
Alasan : ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan kedalam pembuluh darah.
6.      Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan.
7.      Tarik jarum sehingga sampai ke bawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan.
8.      Arahkan lagi jarum kearah diatas tengah luka dan ulangi langkah keempat.
9.      Tunggu selama 2 menit dan biarkan anastesi tersebut bekerja dan kemudian uji daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan forcep atau disentuh dengan jarum yang tajam.

d.      Penjahitan laserasi pada perineum
1.      Cuci tangan dengan seksama dan gunakan sarung tangan DTT atau steril. Ganti sarung tangan terkontaminasi atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.
2.      Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakkan untuk melakukan penjahitan sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
3.      Setelah membersihkan anastesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianastesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka.
4.      Buat jahitan pertama kurang lebih 1cm diatas ujung laserasi dibagian bawah vagina setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan
5.      Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah cincin himen.
6.      Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke mukosa vagina lalu kebawah cincin himen sampai jarum ada dibawah laserasi. Pastikan bahwa jarak tiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit, jika laserasi maluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua jenis lapisan jahitan terputus-putus  untuk menghentikan perdarahan dan atau untuk mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
7.      Teruskan kearah bawah tetepi tepi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi.
8.      Setelah mencapai ujung laserasi arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan. Menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkiticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapisan kedua. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
9.      Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
10.  Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5cm jika ujung benang dipotong  terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
11.  Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal didalam.
12.  Dengan lembut masukkan jari tangan yang paling kecil kedalam anus, raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula rectovaginal atau ibu melaporkan inkontinensia feses atau alvi), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
13.  Cuci daerah genital dengan lembut dengan air dan cairan desinfektan tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.

Nasehati ibu untuk :
ü  Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.
ü  Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya.
ü  Cuci perineumnya dengan air sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari.
ü  Kembali dalam seminggu untuk memeriksakan penyembuhan luka.


D.     Apakah harus bidan yang harus melakukan heacting

Heacting yang dilakukan kepada ibu yang mengalami robekan pada jalan lahir boleh dilakukan oleh bidan tapi yang normal-normal saja seperti pada robekan tingkat II karena pada robekan ini masih bisa ditangani oleh bidan. Apabila ditemukan robekan yang patologis misalnya pada robekan tingkat III  maka yng biasanya menanganinya  adalah dokter SPOG atau tenaga kesehatan lainnya yang memiliki keahlian dibagian heacting seperti perawat.




Posisi waktu melahirkan


A.      Posisi-posisi Pada waktu Melahirkan dan Cara Mengedan Yang Baik

Dalam proses persalnan, sebagai bidan harus membantu ibu untuk memperoleh posisi yang  paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ngubah  posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, dan mencari posisi yang palimh efektif. Ada juga cara mengedan yang  baik sesuai dengan posisinya, namun ibu hanya di ijinkan mengedan pada waktu ada his.

1.      Posisi duduk / setengah duduk
Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggu bersandar di bantal, kaki di tekuk dan paha dibuka kearah samping, posisi ini cukup membuat ibu nyaman dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi.
Cara mengedan pada posisi ini yakni sebelum ibu mengedan ia harus menarik nafas yang dalam dulu, kemudian ibu dalam posisi ini merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit diangkat sehingga dagunya mendekati dadanya dan ia dapat menarik perutnya, dan mengejan kebawah seperti waktu buang air besar. Selama ada kontraksi ibu harus mengejan dan apabila kontraksi terhenti ibu harus istirahat. Posisi ini digunakan pada kala II.



2.      Posisi jongkok / berdiri
Biasanya ibu berjongkok diatas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi atau ibu berdiri juga akan membantu berdiri juga akan membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri.
Cara mengedan pada posisi ini yaitu ibu dalam posisi jongkok kedua tangannya memegang pada tiang-tiang /pinggiran tempat tidur atau memegang tangan orang yang mendampinginya kemudian mengedan mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi, dan ibu harus mengedan dengan kekuatan otot perut. Begitu pula dengan posisi berdiri.


3.      Posisi merangkak/berbaring miring/lateral
Ibu berbaring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki di angkat, sedangkan kaki yang lainnya  dalam posisi lurus. Posisi ini umumnya di lakukan bila posisi kepala bayi belum tepat, normalnya ubun-ubun berada di depan jalan lahir, jika ubun-ubun berada di kiri maka ibu di anjurkan mengambil posisi miring ke kiri begitu sebaliknya dan memudahkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi jika ibu mengalami kelelahan.
Cara mengedan pada posisi miring yaitu ibu dalam posisi miring tergantung pada letak punggung janin. Hanya satu kaki di rangkul, yakni kaki yang berada di atas. Kemudian ibu mengedan dengan kekuatan otot diafragma dan otot perut, tangan ibu bisa menahan/menarik  pada pnggiran tempat tidur. Begitu juga dengan posisi merangkak, ibu mengedan dengan kekuatan otot perut.

4.      Posisi berbaring/ litotomi
Posisi ini, ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan mengantung  kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin,
Cara mengedan pada posisi ini, di mana kedua tangan ibu merangkul kedua pahanya kemudian saat mengedan kepala di angkat/ditarik ke arah dada atau ke dagu, dan mengedan dengan kekuatan otot perut.

           Posisi melahirkan di atas biasa di gunakan pada kala II, dimana pembukaan serviks sudah lengkap sampai lahirnya bayi.



B.      Keuntungan dan kerugian

1.Posisi duduk/setengah duduk
Keuntungan:
-          Sumbuh jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek.
-          Suplai oksigen dari ibu ke janinpun dapat berlangsung secara maksimal.
-          Dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu.
-          Memberikan kemudahan untuk beristirahat diantara kontraksi.
-          Memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.


Kerugian:
-          Posisi ini dapat menimbulkan  rasa lelah.
-          Keluhan punggung pegal apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.

2.Posisi jongkok/berdiri
Keuntungan:
-          Merupakan proses melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengedan.
-          Mempercepat kemajuan kala II persalinan
-          Mengurangi rasa nyeri.
Kerugian:
-          Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi,
-          Posisi ini dinilai kurang menguntungan karena menyulitkan pemantauan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya misalnya  episiotomi.

3.Posisi merangkak/berbaring miring atau lateral
Keuntungan:
-          posisi ini cocok untuk ibu ysng merasa pegal-pegal dipunggung.
-          Pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu, sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara berlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung nyaman.
-          Posisi ini dapat membuat ibu lebih nyaman dan efektif untuk mengedan.
-          Posisi berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan.
-          Mengurangi resiko terjadinya robekan perineum.

Kerugian:
-          Posisi miring menyulitkan bidan atau dokter untuk membantu proses persalinan, karena letak kepala bayi susah dimonitor. Dipegang maupun diarahkan.
-          Bidan atau dokter akan mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan episiotomi.


4.Posisi berbaring/litotomi
Keuntungan:
-          Bidan atau dokter lebih leluasa membantu proses persalinan.
-          Jalan lahirpun menghadap kedepan sehingga bidan atau dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinanpun bisa diprediksi secara akurat.
-          Tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa sehingga pengguntingannya bisa lebih bagus, terarah serta sayatannya bisa diminimalkan,
-          Kepala bayi lebih mudah diarahkan sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, maka bidan atau dokter langsung bisa mengarahkan pada posisi yang seharusnya.

Kerugian:
-          Posisi berbaring membuat si ibu sulit untuk mengedan hal ini karena gaya berat badan ibu yang berada dibawah dan sejajar dengan posisi bayi.
-          Posisi inipun di duga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.