ATRESIA DUODENUM
v Pengertian
Atresia Deodenum adalah penyakit gangguan yang terjadi pada saluran
pencernaan pada usus deodenum atau terbentuknya atau tersumbatnya suatu saluran
dari organ – organ dengan kata lain Atresia Duodenum adalah tidak terbentuknya
atau tersumbatnya duodenum ( bagian
terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus.
v Etiologi
Penyebab dari atresia duodenum
merupakan kelainan bawaan yang penyebabnya belum diketahui secara jelas.Namun
kerusakan pada deodenum terjadi karena suplay darah yang rendah pada masa
kehamilan sehingga deodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi. Akan tetapi
dari jenis kelainan,atresia deodenum ini merupakan kelainan pengembangan
embrionik saat masih dalam kehamilan.
Meskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia deodenum masih belum
diketahui patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik.
Seringnya ditemukan keterkaitan
atresia atau stenosis deodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan
bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal
kehamilan. Atresia deodenum berbeda dari atresia usus lainnya, yang merupakan
anomali terisolasi disebabkan oleh gangguan pembuluh darah mesenterik pada
perkembangan selanjutnya. Tidak ada faktor resiko maternal sebagai predisposisi
yang ditemukan hingga saat ini. Meskipun hingga sepertiga pasien dengan atresia
deodenum menderita pula trisomi 21 (sindrom Down), namun hal ini bukanlah
faktor resiko independen dalam perkembangan atresia deodenum.
v Tanda dan Gejala
ü
Bayi dengan penyakit atresia
deodenum menunjukkan tanda dan gejala klinis sebagai berikut. Penderita akan
muntah-muntah tidak akan berisi empedu apabila atresia deodeanum terjadi
proximal dari ampula vateri jadi seorang pasien yang atresia deodenum dapat
tetap sehat selama beberapa bulan, bahkan kadang-kadang deodenum kronis yang
berhubungan dengan malformasi baru ditemukan secara kebetulan.
ü
BAB Hijau karena bercampur dengan
empedu
ü
Makan tidak nyaman
ü
Perutnya menggelembung
ü
Muntah sangat banyak dan berwarna
kehujau-hijauan
ü
Tidak kencing setelah disusuid.
Tidak kencing setelah disusui
v Patofisiologi
Muntah dimulai setelah segera lahir dan secara
berkembang menjadi buruk dengan pemberian makanan. Feses akan terlihat seperti
mekonium normal, tetapi pada pemeriksaan, tidak mengandung sel epitelium
berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan keutuhan usus. Dengan meningkatnya
dedikasi akan timbul demam. Suatu suhu tubuh 39° C merupakan indikasi
peritonitis akibat ruptur dari atresia. Kelainan sering kali ditemukan pada
bayi sindrom down.
v Pemeriksaan
Penunjang
- Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda jika obstruksi tidak lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.
- Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi.
- Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat suatu gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam deodenum yang mengembung naik ke puncak. Selain itu isi deodenum dapat membentuk satu garis batas permukaan saluran udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian abdomen.
v Penatalaksanaan
Jika
obstruksi disebabkan oleh pita dengan malrotasi diperlukan operasi darurat.
Pada penderita atresia duodenum ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya
hanya dengan pembedahan.
Prinsip terapi :
Prinsip terapi :
q Perawatan
Prabedah
- Perawatan prabedah neonatus rutin
- Koreksi dehidrasi yang biasanya tidak parah karena diagnosa dibuat secara dini
- Tuba naso gastric dengan drainase bebas dan penyedotanj setiap jam
q Pembedahan
Pembedahan suatu deodena-deodenostomi mengurangi penyampitan
obstruksi dan sisa usus diperiksa karena sering kali ditemukan obstruksi lanjut.
q Perawatan pasca bedah
1. Perawatan pasca bedah neonatorum rutin.
2. Aspirasi setiap jam dari tuba gastrostomi yang mengalami drainase bebas
3. Cairan intravena dilanjutkan sampai diberikan makanan melalui tuba.
1. Perawatan pasca bedah neonatorum rutin.
2. Aspirasi setiap jam dari tuba gastrostomi yang mengalami drainase bebas
3. Cairan intravena dilanjutkan sampai diberikan makanan melalui tuba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar