“ATRESIA ESOFAGUS”
A. PENGERTIAN
Atresia Esofagus merupakan adanya kesinambungan esophagus
secara konginetal yang umumnya disertai fistula trachea esophagei atau ditandai
dengan serviks (pengeluaran air liur) yang berlebihan, tercekik, muntah bila
makan, cyanosis dan dyspues.
Atresia Esofagus adalah kelainan konginetal dimana segmen
atas esophagus berakhir dalam pounch buntu. (dasar-dasar keperawatan
maternitas).Fistula Trakeosofagus adala kelainan konginental dimana struktur
embrionik menjadi gagal untuk membagi menjadi esophagus dan trakea yang terpisah
menyebabkan suatu celah (fistula).
B. GAMBARAN KLINIS
B. GAMBARAN KLINIS
·
Bayi
mengeluarkan sekresi liur yang berlebihan.
·
Terjadi
aspirasi bila air liur masuk ke dalam trakea.
·
Sianosis,
terutama pada fistula trakeoesofagus, dikarenakan karena cairan lambung masuk
ke dalam paru-paru.
·
Batuk
atau seperti tercekik dan bayi sianosis ketika diberi minum.
·
Banyak
terjadi pada bayi premature dan kehamilan polihidramnion.
·
Pada
bayi kurang bulan pemberian minum sering menyebabkan bayi menjadi biru dan
apnea tanpa batuk-batuk.
·
Perut
bayi tampak buncit karena berisi udara pada fistula trakeosofagus.
·
Bila
dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7,5 – 10 cm dari bibir, kateter akan
terbentur pada ujung esophagus yang buntu, bila kateter di dorong terus akan
melingkar-lingkar dalam esophagus yang buntu.
·
Diagnosis
pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio atau larutan kontras
liprodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.
C.ETIOLOGI
Beberapa
etiologi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital atresia esophagus :
a.
Factor obat
Salah satu obat yang
diketahui dapat menimbulkan kelainan konginetal yaitu thali domine.
b.
Factor radiasi
Radiasi pada permulaan
kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan konginetal pada janin yang dapat mengakibatkan mutasi pada
gen.
c. factor mutasi
Secara epidemologi anomaly
ini terjadi pada umur kehamilan 3 – 6 minggu akibat :
1.
Deferensiasi
usus depan yang tidak sempurna dan memisahan diri masing-masing menjadi
esophagus dan trakea
2.
Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap
sehingga menyebabkan terrjadinya atresia
3.
Perlengkapan
dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trakea
esofagus. Faktor genetik tidak berperan dalam patologis ini.
D.PATOFISIOLOGI
Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah pada kelainan ini
terletak pada proses perkembangan esofagus. Trakea dan esofagus berasal dari
embrio yang sama. Selama minggu keempat kehamilan, bagian mesodermal lateral
pada esofagus proksimal berkembang.Sebagai tambahan bahwa insufisiensi
vaskuler, faktor genetik, defisiensi vitamin, obat-obatan dan penggunaan
alkohol serta paparan virus dan bahan kimia juga berkontribusi pada
perkembangan atresia esofagus.
E.KOMPLIKASI
:
a)
Indikasi
pertama dari kebocoran pada tingkat anastomosis adalah meningkatnya kecepatan
pernapasan dan denyut jantung apikal.
b)
Jika fistula trakeo esofagus kambuh, sejumlah
mucus atau makanan dapat terlihat dalam kateter toraks atau selang.
c)
Sekitar
sepertiga dari bayi ini mengalami penyempitan setinggi anastomosis dan hal ini
harus dipertimbangkan jika mereka tidak makan dengan baik atau ketika tercekik
ketika makan.
d)
Luka
atau infeksi toraks diobati dengan antibiotika dan jika sesuai dengan
fisioterapi.
F. DIAGNOSA
1.
Bila
dari anamnesia didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidromnion,
hendaknya dilakukan kateterisasi
esophagus dengan kateter no 6 – 10 F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang
dari 10 cm maka dapat di duga terdapat atresia asofagus.
2.
bila
pada BBL timbul sesak nafas yang disertai dengan air lir yang meleleh, keluar,
harus dicurigai atresia esophagus.
3.
segera setelah diberi minum bayi batuk dan
sianosisi karena aspirasi cairan ke dalam jalan nafas.
4.
diagnosis
pasti dapat dibuat dengan foto thorax yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia, pembesaran kontras ke dalam esophagus dapat memberi
gambaran yang lebih pasti.
5.
perlu
dibedakan pada pemeriksaan fisik, apakah lambung terisis udara atau kosong
untuk menunjang adanya fistula trakea esophagus. Hal ini dapat dilihat pada
foto abdomen.
G.PENATALAKSANAAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
Tergantung
pada kelainan,berbagai gejala timbul.
Lendir oral dan nasal yang sangat berlebihan munkin menjadi tanda pertama
terdapatnya kelainan. Bayi mungkin batuk
atau cegukan dan menjadi sianotik. Bila diupayakan penghisapan lender atau gavage,kateter yang
digunakan tidak dapat masuk kedalam lambung.
2.Intervensi
Keperawatan
Deteksi terhadap kelainan,pencegahan aspirasi ketika
terdiagnosa ,dan pencapaian fungsi normal setelah operasi merupakan tujuan
keperawatan . perawat di ruang bersalin dan diruang perawatan
mengobservasi bayi terhadap gejala-gejala,tetapi walaupun
demikian,kelainan mungkin tidak
terdiagnosa sampai bayi mengalami aspirasi ketika diberi makan. Untuk alas an
ini,banyak rumah sakit memberikan makan pertama kali dengan air steril.
Ketika kelainan ini (atresia esofagus) terdeteksi atau
didoang nosa yang harus dilakukan:
a)
Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih
rendah pada pasien tanpa fistulatrakesofagus,Pada pasien dengan fistula trakeo
esophagus ditidurkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regargitasi
cairan lambung kedalam paru.
b) dilakukan penghisapan lendir terus menerus dan dipasang
kateter dalam esophagus (cairan lambung harus erring di hisap) untuk mencegah
aspirasi.
c)
bayi
hendaknya dirawat dalam incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi.
d) bayi dirangsang untuk menangis agar paru-paru dapat
berkembang.
e)
Diberi
cairan IV sampai tiba saatnya operasi bila operasi dilakukan > 48 jam
direspkan “HIPERALIMENTASI”.
Atresia esophagus sebagai kedaruratan bedah, perbaikan esophagus dengan operasi dilakukan dalam 2/3 tahap prosedur tergantung pada kelainan :
jika terdapat jaringan yang cukup ke dua segmen esophagus dijahit menjadi satu disebut end to end anasttomosis.
Bila tidak cukup jaringan 1 siksi calon mungkin ditransplantasikan untuk menghubungkan ujung esophagus ke lambung
Dipasang tube makanan ke lambung melalui gastrostomi sampai luka operasi sembuh
Bila perlu dilakukan trakestomi.
Atresia esophagus sebagai kedaruratan bedah, perbaikan esophagus dengan operasi dilakukan dalam 2/3 tahap prosedur tergantung pada kelainan :
jika terdapat jaringan yang cukup ke dua segmen esophagus dijahit menjadi satu disebut end to end anasttomosis.
Bila tidak cukup jaringan 1 siksi calon mungkin ditransplantasikan untuk menghubungkan ujung esophagus ke lambung
Dipasang tube makanan ke lambung melalui gastrostomi sampai luka operasi sembuh
Bila perlu dilakukan trakestomi.
f)
Perawatan
pasca operasi dilakukan dalam ruang perawatan intensif.
g)
Mulai
diberikan makan melalui gastrostomi, selama waktu tersebut bayi diberi suatu
peralatan untuk membantu mencapai reflek menghisap dan memberikan kenyamanan.
h) Bila memungkinkan
bayi digendong beberapa aktu. Setelah diberi makan per oral, untuk mengurangi
derajat strukutur esophagus.
Penyulit yang umum dari serangkaian operasi ini adalah strikfus esophagus (penyempitan bagian esophagus). Anak akan membutuhkan dilatasi untuk mencegah penutuoan seluruh esophagus.
Penyulit yang umum dari serangkaian operasi ini adalah strikfus esophagus (penyempitan bagian esophagus). Anak akan membutuhkan dilatasi untuk mencegah penutuoan seluruh esophagus.
i) Orangtua dari anak
ini membutuhkan banyak dukungan dan informasi. Mereka diberikan dorongan
untuk ikut serta dalam memberikan perawatan dan makan bayi untuk mempermudah
proses bonding dan meningkatkan keyakinan serta ketrampilan mereka.
3.Prinsip
Pengobatan Dan Managemen Perawatan
1. Perawatan pra-bedah:
a)
Perawatan
pra-bedah neonates umum
b)
Keberadaan
perawat secara menetap
c)
Kelembapan
yang hangat untuk membantu menjaga
sekresi dalam keadaan cair.
d)
Perawatan
bayi dalam posisi tengkurap merupakan
metode lain yang dapat di pakai untuk memungkinkan “drainase” sekresi yang memuaskan, mencegah sekresi memasuki
paru-paru.
e)
Antibiotika
diberikan jika ditemukan infeksi toraks.
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan melalui torakotomi kanan. Tujuannya
adalah untuk membagi fistula trakeo-esofagus ,menutup trakea dan menyatukan dua
segmen esofagus. Sementara dilakukan
anastomosis suatu tuba yang halus secara normal berukuran 6 FG-
dimasukkan melalui salah satu lobang hidung,melintasi anastomosis dan kedalam
lambung .
Kadang-kadang kesengajaan antara ujung esofagus terlalu
lebar untuk anastomosis primer,dan salah
satu alternative yang dapat dipertimbangkan
adalah dibuatnya suatu esofagustomi . ini terdiri dari esofagus
proksimal dikeluarkan pada
leher,memungkinkan dreinase dari sekresi faring dan membantu mencegah pneumonia
aspirasi.
3. Perawatan pasca bedah :perbaikan primer dari atresia
esofagus dan pemisahan dari fitula trakeoesofagetal.
a)
Perawatan
neonates pasca bedah rutin
b)
Keberadaan
perawat secara konstan sementara bayi sakit perut
c)
Beberapa
bayi dirawat pada ventilasi mekanik selama 24 jam pasca bedah
d)
Pernapasan,
denyut jantung apeks dan suhu tubuh
e)
Jika
tuba berada ditempatnya, penyedotan oral dan nasal serta penyedotan endrotakeal
dilakukan segera.
f)
Refleks
dari isi lambung kedalam esofagus dapat menyebebkan terbukanya anastomosis
karena itu lambung dijaga agar tetap kosong dengan tuba
transanastomotiknasogastrik yang dijaga dengan drainase dan aspirasi setiap jam
hingga anastomosis sembuh.
g)
Bayi
ditempatkan dalam posisi agak “kepala tegak”dan jika memungkinkan pada awalnya
dipalingkan setiap 2 jam.
h)
Cairan
intravena diperiksa saat kembali dari teater kemudian setiap jam.
i)
Luka
dan pemblut underwater (WSD) diperiksa setelah 12 jam, untuk melighat adanya
indikasi kebocoran.
j)
Fisioterapi
dengan sikat gigi secara normal tidak dilakukan
hingga 24 jam.
k)
Dapat
diberikan antibiotika.
l)
X-ray
pasca bedah akan dapat memeriksa posisi dari drein WSD.
m) Gas darah dapat diperiksa secara teratur untuk menentukan
jumlah oksigen yang diperlukan.
Pada hari
pasca bedah kedua, 5 ml air glucose diberikan setiap jam melalui tuba naso
gastric yang dihubungkan dengan suatu spuit dan ditinggalkan. Tabung
nasogastrik diaspirasi 2 jam sebelum pemberian makanan edan sejumlah cairan
diuji keasamannya untuk mengkonfirmasi keberadaan asam lambung.
4.komplikasi
yang timbul setelah operasi
1.
Dismotilitas
Esofagus yaitu terjadi karena kelemahan otot dinding esofagus. Berbagai tingkat
dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat
bayi sudah mulai makan dan minum.
2.
Gastroesofagus
refluks,Kira-kira 50% bayi yang menjalani operasi ini akan mengalami
gastroesofagus refluks pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung
naik atau refluks ke esofagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat
(medikal) atau pembedahan.
3.
Fistula
trakeoesofagus berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti
ini.
4.
Disfagia atau
kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esofagus
yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya
makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5.
Kesulitan bernafas dan tersedak. Komplikasi
ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertahannya makanan dan aspirasi
makanan ke dalam trakea.
6.
Batuk kronis. Batuk merupakan gejala yang umum
setelah operasi perbaikan atresia esophagus. Hal ini disebabkan oleh kelemahan
dari trakea.
7.
Meningkatnya
infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah
kontak dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar