Jumat, 25 Mei 2012

Atresia Esofagus



“ATRESIA ESOFAGUS”

A.  PENGERTIAN
Atresia Esofagus merupakan adanya kesinambungan esophagus secara konginetal yang umumnya disertai fistula trachea esophagei atau ditandai dengan serviks (pengeluaran air liur) yang berlebihan, tercekik, muntah bila makan, cyanosis dan dyspues.
Atresia Esofagus adalah kelainan konginetal dimana segmen atas esophagus berakhir dalam pounch buntu. (dasar-dasar keperawatan maternitas).Fistula Trakeosofagus adala kelainan konginental dimana struktur embrionik menjadi gagal untuk membagi menjadi esophagus dan trakea yang terpisah menyebabkan suatu celah (fistula).

B. GAMBARAN KLINIS
·         Bayi mengeluarkan sekresi liur yang berlebihan.
·         Terjadi aspirasi bila air liur masuk ke dalam trakea.
·         Sianosis, terutama pada fistula trakeoesofagus, dikarenakan karena cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
·         Batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis ketika diberi minum.
·         Banyak terjadi pada bayi premature dan kehamilan polihidramnion.
·         Pada bayi kurang bulan pemberian minum sering menyebabkan bayi menjadi biru dan apnea tanpa batuk-batuk.
·         Perut bayi tampak buncit karena berisi udara pada fistula trakeosofagus.
·         Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7,5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu, bila kateter di dorong terus akan melingkar-lingkar dalam esophagus yang buntu.
·         Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio atau larutan kontras liprodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.

C.ETIOLOGI
Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital atresia esophagus :
a.      Factor obat
Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan konginetal yaitu thali         domine.
b.     Factor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan konginetal        pada  janin yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen.

c. factor mutasi
Secara epidemologi anomaly ini terjadi pada umur kehamilan 3 – 6 minggu akibat :
1.             Deferensiasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahan diri masing-masing menjadi esophagus dan trakea
2.              Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terrjadinya atresia
3.             Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trakea esofagus. Faktor genetik tidak berperan dalam patologis ini.

D.PATOFISIOLOGI
Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah pada kelainan ini terletak pada proses perkembangan esofagus. Trakea dan esofagus berasal dari embrio yang sama. Selama minggu keempat kehamilan, bagian mesodermal lateral pada esofagus proksimal berkembang.Sebagai tambahan bahwa insufisiensi vaskuler, faktor genetik, defisiensi vitamin, obat-obatan dan penggunaan alkohol serta paparan virus dan bahan kimia juga berkontribusi pada perkembangan atresia esofagus.



E.KOMPLIKASI :
a)     Indikasi pertama dari kebocoran pada tingkat anastomosis adalah meningkatnya kecepatan pernapasan dan denyut jantung apikal.
b)      Jika fistula trakeo esofagus kambuh, sejumlah mucus atau makanan dapat terlihat dalam kateter toraks atau selang.
c)      Sekitar sepertiga dari bayi ini mengalami penyempitan setinggi anastomosis dan hal ini harus dipertimbangkan jika mereka tidak makan dengan baik atau ketika tercekik ketika makan.
d)     Luka atau infeksi toraks diobati dengan antibiotika dan jika sesuai dengan fisioterapi.
F. DIAGNOSA

1.        Bila dari anamnesia didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidromnion, hendaknya   dilakukan kateterisasi esophagus dengan kateter no 6 – 10 F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10 cm maka dapat di duga terdapat atresia asofagus.
2.        bila pada BBL timbul sesak nafas yang disertai dengan air lir yang meleleh, keluar, harus dicurigai atresia esophagus.
3.         segera setelah diberi minum bayi batuk dan sianosisi karena aspirasi cairan ke dalam jalan nafas.
4.        diagnosis pasti dapat dibuat dengan foto thorax yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia, pembesaran kontras ke dalam esophagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti.
5.        perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik, apakah lambung terisis udara atau kosong untuk menunjang adanya fistula trakea esophagus. Hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.


G.PENATALAKSANAAN
1. Pengkajian
            Tergantung pada  kelainan,berbagai gejala timbul. Lendir oral dan nasal yang sangat berlebihan munkin menjadi tanda pertama terdapatnya kelainan. Bayi mungkin batuk  atau cegukan dan menjadi sianotik. Bila diupayakan  penghisapan lender atau gavage,kateter yang digunakan tidak dapat masuk kedalam lambung.
2.Intervensi Keperawatan
            Deteksi terhadap kelainan,pencegahan aspirasi ketika terdiagnosa ,dan pencapaian fungsi normal setelah operasi merupakan tujuan keperawatan . perawat di ruang bersalin dan diruang  perawatan  mengobservasi bayi terhadap gejala-gejala,tetapi walaupun demikian,kelainan mungkin  tidak terdiagnosa sampai bayi mengalami aspirasi ketika diberi makan. Untuk alas an ini,banyak rumah sakit memberikan makan pertama kali dengan air steril.
Ketika kelainan ini (atresia esofagus) terdeteksi atau didoang nosa yang harus dilakukan:
a)    Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih rendah pada pasien tanpa fistulatrakesofagus,Pada pasien dengan fistula trakeo esophagus ditidurkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regargitasi cairan lambung kedalam paru.
b)  dilakukan penghisapan lendir terus menerus dan dipasang kateter dalam esophagus (cairan lambung harus erring di hisap) untuk mencegah aspirasi.
c)   bayi hendaknya dirawat dalam incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi.
d)  bayi dirangsang untuk menangis agar paru-paru dapat berkembang.
e)   Diberi cairan IV sampai tiba saatnya operasi bila operasi dilakukan > 48 jam direspkan “HIPERALIMENTASI”.
Atresia esophagus sebagai kedaruratan bedah, perbaikan esophagus dengan operasi dilakukan dalam 2/3 tahap prosedur tergantung pada kelainan :
jika terdapat jaringan yang cukup ke dua segmen esophagus dijahit menjadi satu disebut end to end anasttomosis.
Bila tidak cukup jaringan 1 siksi calon mungkin ditransplantasikan untuk menghubungkan ujung esophagus ke lambung
Dipasang tube makanan ke lambung melalui gastrostomi sampai luka operasi sembuh
Bila perlu dilakukan trakestomi.
f)    Perawatan pasca operasi dilakukan dalam ruang perawatan intensif.
g)   Mulai diberikan makan melalui gastrostomi, selama waktu tersebut bayi diberi suatu peralatan untuk membantu mencapai reflek menghisap dan memberikan kenyamanan.
h)   Bila memungkinkan bayi digendong beberapa aktu. Setelah diberi makan per oral, untuk mengurangi derajat strukutur esophagus.
Penyulit yang umum dari serangkaian operasi ini adalah strikfus esophagus (penyempitan bagian esophagus). Anak akan membutuhkan dilatasi untuk mencegah penutuoan seluruh esophagus.
i)     Orangtua dari anak  ini membutuhkan banyak dukungan dan informasi. Mereka diberikan dorongan untuk ikut serta dalam memberikan perawatan dan makan bayi untuk mempermudah proses bonding dan meningkatkan keyakinan serta ketrampilan mereka.
3.Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan
1.      Perawatan pra-bedah:
a)        Perawatan pra-bedah neonates umum
b)        Keberadaan perawat secara menetap
c)            Kelembapan yang hangat  untuk membantu menjaga sekresi dalam  keadaan cair.
d)           Perawatan bayi dalam posisi tengkurap  merupakan metode lain yang dapat di pakai untuk memungkinkan “drainase” sekresi  yang memuaskan, mencegah sekresi memasuki paru-paru.
e)           Antibiotika diberikan jika ditemukan infeksi toraks.
2.      Pembedahan
Pembedahan dilakukan melalui torakotomi kanan. Tujuannya adalah untuk membagi fistula trakeo-esofagus ,menutup trakea dan menyatukan dua segmen esofagus. Sementara dilakukan  anastomosis suatu tuba yang halus secara normal berukuran 6 FG- dimasukkan melalui salah satu lobang hidung,melintasi anastomosis dan kedalam lambung . 
Kadang-kadang kesengajaan antara ujung esofagus terlalu lebar untuk  anastomosis primer,dan salah satu alternative yang dapat dipertimbangkan  adalah dibuatnya suatu esofagustomi . ini terdiri dari esofagus proksimal dikeluarkan  pada leher,memungkinkan dreinase dari sekresi faring dan membantu mencegah pneumonia aspirasi.
3.      Perawatan pasca bedah :perbaikan primer dari atresia esofagus dan pemisahan dari fitula trakeoesofagetal.
a)        Perawatan neonates pasca bedah rutin
b)        Keberadaan perawat secara konstan sementara bayi sakit perut
c)         Beberapa bayi dirawat pada ventilasi mekanik selama 24 jam pasca bedah
d)        Pernapasan, denyut jantung apeks dan suhu tubuh
e)        Jika tuba berada ditempatnya, penyedotan oral dan nasal serta penyedotan endrotakeal dilakukan segera.
f)          Refleks dari isi lambung kedalam esofagus dapat menyebebkan terbukanya anastomosis karena itu lambung dijaga agar tetap kosong dengan tuba transanastomotiknasogastrik yang dijaga dengan drainase dan aspirasi setiap jam hingga anastomosis sembuh.
g)        Bayi ditempatkan dalam posisi agak “kepala tegak”dan jika memungkinkan pada awalnya dipalingkan setiap 2 jam.
h)        Cairan intravena diperiksa saat kembali dari teater kemudian setiap jam.
i)          Luka dan pemblut underwater (WSD) diperiksa setelah 12 jam, untuk melighat adanya indikasi kebocoran.
j)          Fisioterapi dengan sikat gigi secara normal tidak dilakukan  hingga 24 jam.
k)        Dapat diberikan antibiotika.
l)          X-ray pasca bedah akan dapat memeriksa posisi dari drein WSD.
m)      Gas darah dapat diperiksa secara teratur untuk menentukan jumlah oksigen yang diperlukan.
            Pada hari pasca bedah kedua, 5 ml air glucose diberikan setiap jam melalui tuba naso gastric yang dihubungkan dengan suatu spuit dan ditinggalkan. Tabung nasogastrik diaspirasi 2 jam sebelum pemberian makanan edan sejumlah cairan diuji keasamannya untuk mengkonfirmasi keberadaan asam lambung.
4.komplikasi yang timbul setelah operasi
1.      Dismotilitas Esofagus yaitu terjadi karena kelemahan otot dinding esofagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2.      Gastroesofagus refluks,Kira-kira 50% bayi yang menjalani operasi ini akan mengalami gastroesofagus refluks pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluks ke esofagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medikal) atau pembedahan.
3.      Fistula trakeoesofagus berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4.      Disfagia atau kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esofagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5.       Kesulitan bernafas dan tersedak. Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertahannya makanan dan aspirasi makanan ke dalam trakea.
6.       Batuk kronis. Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus. Hal ini disebabkan oleh kelemahan dari trakea.
7.      Meningkatnya infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontak dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar