Hipospadia
A. PENGERTIAN
Hipospadia adalah suatu keadaan
dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, buka diujung penis. Beratnya
hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis,
yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan
kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini
seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang
kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Gejalanya adalah:
- Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis
- Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis
- Penis melengkung ke bawah
- Penis tampak seperti berkerudung
karena adanya kelainan pada kulit depan penis
- Jika berkemih, anak harus duduk.
B.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia
terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya
tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan
nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai
sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak
berumur 18 bulan.
Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam
pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi
gangguan dalam melakukan hubungan seksual..
Tujuan
utama penanganan operasi hipospadia adalah merekonstruksi penis
menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal
sehingga aliran kencing arahnya kedepan dan dapat melakukan koitus dengan
normal, prosedur operasi satu tahap pada usia yang dini dengan komplikasi yang
minimal.
Penyempurnaan
tehnik operasi dan perawatan paska operasi menjadi prioritas utama. Pada
hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air seni keluar)
berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis,
sepanjang ventral batang penis sampai perineum. Jadi lubang tempat keluar
kencing letaknya bukan pada tempat yang semestinya dan terletak di sebelah
bawah penis bahkan ada yang terletak di kantong kemaluan.
1.
Tindakan
operasi harus dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah
Diharapkan
anak tidak malu dengan keadaannya setelah tahu bahwa anak laki lain kalau BAK
berdiri sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan
(karena lubang keluar kencingnya berada di sebelahi bagi bawah penis). Selain
itu jika hipospadia ini tidak dioperasi, maka setelah dewasa dia akan sulit
untuk melakukan penetrasi / coitus. Selain penis tidak dapat tegak dan lurus
(pada hipospadia penis bengkok akibat adanya chordae), lubang keluar sperma
terletak dibagian bawah.
Operasi Hipospadia satu tahan (onestage
uretroplasty) adalah tehnik operasi sederhana yang
sering dapat digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Sambil dilihat
di gambar, tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang middle..
Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat.
Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe
hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka
one stage urethroplasty nyaris tidak dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal
seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang
berat, globuler glans yang bengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal skin
hood dan propenil bifid scrotum (saya agak kesulitan mencari istilah awam untuk
istilah medis diatas). Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya
lebih kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan
penis yang bengkok dan kelainan lain di skrotum atau sisa kulit yang sulit
di”tarik” pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra (saluran kencing).
Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap. Operasi Hipospadia
dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk meluruskan penis
supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing) nantinya letaknya lebih
proksimal (lebih mendekati letak yang normal), memobilisasi kulit dan preputium
untuk menutup bagian ventral / bawah penis. Tahap selanjutnya (tahap kedua)
dilakukan uretroplasti (pembuatan saluran kencing / uretra) sesudah 6 bulan.
Dokter akan menentukan tehnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap
dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.
2. Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain
misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus
testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa
propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan
ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.
Secara
umum tekniknya terbagi menjadi operasi satu tahap dan multi tahap. Operasi
perbaikan komplikasi fistula dilakukan 6 bulan paska operasi yang pertama.
Setelah
menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah tindakan yang amat sangat
penting. Orang tua harus dengan seksama memperhatikan instruksi dari dokter
bedah yang mengoperasi. Biasanya pada lubang kencing baru (post uretroplasty)
masih dilindungi dengan kateter sampai luka betul-betul menyembuh dan dapat
dialiri oleh air kencing. Di bagian supra pubik (bawah perut) dipasang juga
kateter yang langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air kencing.
Tahapan
penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan terlebih dulu sampai
seorang dokter yakin betul bahwa hasil uretroplasty nya dapat berfungsi dengan
baik. Baru setelah itu kateter dilepas.
3. Komplikasi paska operasi yang terjadi
a.
Edema/pembengkakan yang terjadi akibat
reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan
darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3
hari paska operasi.
b. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang
tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan
operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat
diterima adalah 5-10% .
c. Striktur, pada proksimal anastomosis yang
kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.DDivertikulum, terjadi
pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang
mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
d. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari
rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat
operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang.
e. Rambut dalam uretra, yang dapat
mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat
pubertas.
Untuk menilai hasil
operasi hipospadia yang baik, selain
komplikasi fistula uretrokutaneus perlu diteliti kosmetik dan ‘stream’
(pancaran kencing) untuk melihat adanya stenosis, striktur dan divertikel.
Sebelum
anak di operasi, dokter akan memeriksa dulu kondisi si anak. Untuk operasi
anak-anak, selain prosedur-prosedur yang biasa dilakukan sebelum operasi, maka
ronsen toraks (paru jantung) juga dikerjakan. Ditanyakan juga apakah ada
riwayat terkena asma, batuk pilek, TBC. Kalau si anak dinilai masih kurang
sehat tentu saja keadaan umum nya harus diperbaiki dahulu.
Pada kondisi ini meatus eksternus terletak pada
aspek posterior penis. Merupakan salah satu dari kelainan kongenital paling
sering pada genialia laki-laki terjadi pada 1dalam 350 kelahiran laki-laki.
Dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anumli ginjal,
undesesnus testikulorum dan genetik seperti syndroma klinefelter.
Terdapat
berbagai derajat penyakit, tergantung pada posisi meatus uretra hal ini mungkin
pada glans (hipospadia glanduler), pada korona (hipospadia koronal), pada
batang(hipospadia penis), pada sambungan batang dan skrotum (hipospadia
penoskrotal), dan perineum (hipospadia perineal). Penis biasanya juga bengkok
kebawah yang lebih nyata pada ereksi. Korde ini disebabkan fibrosis antara
meatus uretra dn glans, menyebabkan kurvatura ventral. Kelainan lain berkaitan
dengan hipospadia, seperti defisiensi pada segmen ventral dari preputium yang
menyebabkan kulit kepala dorsal yang berlebihan.
C. PERKEMBANGAN EMBRIONIK DARI HIPOSPADIA
Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi oleh
testis. Tanpa adanya testis, maka struktur wanita seperti klitoris, labia
minora dan labia mayora dominan, tetapi dengan adanya testis klitoris membesar
menjadi penis, sulkus antara labia minora terbentuk menjadi uretra dan labia
mayora berkembng menjadi skrotum, kedalam mana testis kemudian turun. Hipspadia
terjadi jika sel testis yang berkembang secara prematur berhenti memproduksi
androgen, karena itu menimbulkan interupsi konversi penuh dari genitalia
eksterna menjadi bentuk laki- laki.
Kondisi ini mudah dikenal saat lahir. Aliran urin
dapat membelok kearah bawah atau menyebar dan mengalir kembali sepanjang batang
penis. Anak dengan hipospadia penoskrotal atau perineal berkemih dalam posisi
duduk. Pada hipospadia glanduler atau koronal anak mampu untuk berkemih bediri,
dengan sedikit mengangkat penis keatas.
D. PRINSIP TERAPI DAN
MANAGEMEN PERAWATAN
Pada hampir semua perbaikan preputium diperlukan
sumber kulit ekstra. Karena itu tidak dilakukan sirkumsisi pada neonatus.
1. koreksi
Bedah
Ini harus dilakukan sebelum anak
mulai sekolah untuk menghindarkan masalah sosial dan emosional. Tujuan terapi
adalah membentuk penyesuaian dan panjang uretra adekuat, membuka pada ujung
dari glans, untuk memberikan orifisium yang tidak tersumbat yang diarahkan
kedepan untuk mencegah penyebaran dan memberikan penis yang cukup lurus untuk
memungkinkan hubungan seksual. Koreksi dari deformitas biasanya dalam dua
stadium. Pembedahan pertama dilakukan jika anak berumur tiga tahun untuk
mengkoreksi korde. Dengan tujuan meluruskan penis dan menyiapkan jalan untuk
uretroplasti. Operasi kedua dilakukan beberapa bulan kemudian untuk membawa
orifisium sedekat mungkin pada ujung glans. In memerlukan diversi dari aliran
urin, biasanya melalui dari uretrostomi yang dibuat sementara pada perineum,
melalui uretrostomi foley kateter diinsersikan kedalam kandung kemih. Hal ini
memungkinkan penyembuhan luka. Kulit penis dibalik kedalam untuk membentuk tuba
urinarius yang baru.
2. Persiapan
pra bedah
- Penatalaksanaan pasca bedah
a. Anak
harus dalam tirah baring hingga katerer diangkat. Harus berhati- hati agar anak
tidak menarik kateter. Kemungkinan diperlukan penahan tetapi sedapat mungkin
hal ini dihindarkan.
b. Baik
luka penis dan tempat luka donor dijaga tetap bersih dan kering
c. Perawatan
kateter
d. Pemeriksaan
urin untuk memeriksa kandungan bakteri
e. Masukan
cairan yng adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal dan mengencerkan toksin
f. Pengangkatan
jahitan kulit setelah 5 sampai 7 hari
g. Anak
dipulangkan segera setelah kateter diangkat dan dapat berkemih secara
memuaskan. Orang tua diberi saran mengenai setiap masalah yang menyangkt luka
atau jika anak mempunyai kesulitn untuk mengeluarkan urin.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar